Rumah Akhirnya, jiwaku tersesat di belantara asing, kala selaras pandang netra , tak bertemu dengan : permadani rimba, hamparan cakrawala jingga, mata air penyejuk dahaga, kicau burung bernada bahagia, kembang merona, dan; manusia-manusia yang masih punya rasa iba. Sebab yang kulihat sekarang, bukit nan permai tak lebih tinggi dari bukit sampah, lautan damai tak lebih luas dari lautan limbah, cerutu raksasa berpencar di mana-mana, dan bising mesin bahkan sanggup mengalahkan merdu syair pujangga —yang mencoba bersuara atas rapuhnya rumah kita. Tidakkah kalian merasakan tangisnya? Yang membawa hunian kalian tergenang Tidakkah kalian merasakan getarannya? Hingga mimpi dan tidur kalian tak tenang Tidakkah kalian merasakan amarahnya? Saat semuanya mulai memanas dan kutub dunia bahkan tak bisa bertahan Empatimu boleh binasa, tapi satu yang harus selalu kau ingat: bumi ini bukan jadi rumahmu saja, ini rumah kita, milik k...
I hope this place will be your querencia.