Langsung ke konten utama

Postingan

[Puisi] | Roman "Hujan dan Perbincangan Denganmu Malam Ini"

Derai-derai air turun dengan rasa takut pada cerita kelammu yang tak pernah kau sampaikan pada mereka, pada mimpi-mimpi yang kau simpan, bahkan pada dirimu sendiri   Derai-derai air turun menciptakan sebuah permulaan bahwa hari ini kau mulai berhenti untuk terus mendengar—tapi juga ingin berbicara utarakan saja, teman utarakan segalanya seperti cerita-cerita orang lain yang mereka sampaikan kepadamu   Derai-derai air turun menemanimu mengutarakan segalanya utarakan saja, teman utarakan, seperti lagu Banda Neira yang kudengar setiap waktu   Lalu derai-derai air turun mulai tenang sudahkah kamu merasa lega hanya dengan bercerita? sudahkah kamu menemukan jawaban dari apa yang kamu cari sebelumnya? tidak perlu mengatakannya kepadaku karena satu-satunya orang yang memerlukannya adalah dirimu   Sekarang derai-derai air mulai ingin berhenti tidurlah, teman tidurlah karena larut sudah malam ini seperti apapun yang kita bicarakan ...
Postingan terbaru

Puisi | Peringatan Hari Bumi "Rumah"

Rumah Akhirnya, jiwaku tersesat di belantara asing, kala selaras pandang netra , tak bertemu dengan : permadani rimba, hamparan cakrawala jingga, mata air penyejuk dahaga, kicau burung bernada bahagia, kembang merona, dan; manusia-manusia yang masih punya rasa iba. Sebab yang kulihat sekarang, bukit nan permai tak lebih tinggi dari bukit sampah, lautan damai tak lebih luas dari lautan limbah, cerutu raksasa berpencar di mana-mana, dan bising mesin bahkan sanggup mengalahkan merdu syair pujangga —yang mencoba bersuara atas rapuhnya rumah kita. Tidakkah kalian merasakan tangisnya? Yang membawa hunian kalian tergenang Tidakkah kalian merasakan getarannya? Hingga mimpi dan tidur kalian tak tenang Tidakkah kalian merasakan amarahnya? Saat semuanya mulai memanas dan kutub dunia bahkan tak bisa bertahan Empatimu boleh binasa, tapi satu yang harus selalu kau ingat: bumi ini bukan jadi rumahmu saja, ini rumah kita, milik k...

Puisi | Peringatan Hari Kartini "Benderang"

Benderang Kemarin gelap tak kunjung berkurang, kami wanita-wanita bernasib malang, berjalan dalam langkah-langkah penuh larang, tak punya ruang lain selain ruang belakang. Kami lahir dalam tekanan diskriminasi, tumbuh namun tersingkir patriarki, membuat kami tak sempat meninggalkan hal berarti, saat kami mati. Hari ini Ibu terlahir, lantas mencari makna adil yang sekian lama tak kunjung hadir, menggelorakan bahwa semua ini harus segera berakhir. Ibu meyakinkan kami, jika kemarin gelap melingkari, maka sebuah perubahan akan datang hari ini, kami tidak akan hidup dalam kegelapan lagi. Ibu bilang, habis gelap, terbitlah terang, benar, besok semuanya akan terang, benderang. Banyumas, 21 April 2020 evi her

[Katakan Kata] | Pada Hari Itu

pada hari di mana kamu mendapatkan sebuah pelajaran berharga, barangkali hari itu bukan hanya milikmu saja. ada orang lain yang mungkin pada saat itu harus mendapatkan pelajaran berharga juga. pada hari di mana kamu menyelesaikan masalahmu, barangkali ada orang lain yang masalahnya harus selesai juga saat itu juga. pada hari di mana kamu menang, ada orang yang mungkin menjadi pemenang juga. begitu pun sebaliknya. pada hari di mana kamu belum berhasil, ada orang lain yang belum berhasil juga. pada hari ini, saat kamu membaca tulisan ini, maka sesungguhnya bukan ditujukan kepadamu saja. namun, kalian semua. kalian semua yang menemukannya—entah dengan cara apapun, berhak membacanya. tidak selamanya hal yang menjadi milikmu akan diambil dari orang lain. semesta menempatkan manusia setara, meski tidak selalu sama. tidak perlu takut. kamu bersama Tuhan, tidak sendirian. Maret, 2020 evi her

[Katakan Kata] | Sewaktu Kamu Punya Masalah

masalah itu tidak bisa absen dari kehidupan manusia. ia selalu timbul tenggelam seperti matahari dan rutinitasnya. saat tidak masalah, bukan berarti memang tidak ada. namun, belum muncul saja. istirahat sejenak menunggu kesiapan mentalmu. masalah itu akan menimbulkan hambatan pada dirimu. maka, segeralah cari solusi untuk menyelesaikannya. bisa dengan diskusi bersama orang yang kamu anggap tepat, bukan malah yang akan menambah beban. masalah mungkin akan menimbulkan rasa sakit. maka, kuatlah. sebab sejatinya rasa sakit itu tidak bisa dibagi. kau yang merasakan sendiri. Februari, 2020 evi her

[Cerpen] | Cerpen Islami: Saudariku, Sampai Bertemu Kembali

“Aku sudah ada janji, sepulang kelas ada kumpul sama anak-anak organisasi daerah. Cuma di angkringan dekat pom bensin kok, kamu nggak usah khawatir.” Aku masih terngiang kata Diana yang terdengar menenangkan namun tetap meresahkanku. Sepulang kelas adalah empat jam yang lalu. Aku tahu benar jadwal Diana. Hari ini dia selesai kelas jam delapan malam dan sampai sekarang dia belum pulang ke kost. Kumpul macam apa sampai selama ini? Oke, mungkin terjadi kemunduran waktu dari jadwal sebelumnya, tetapi tetap saja ini sudah larut malam. Memangnya apa saja yang dibicarakan di perkumpulan itu sampai harus selama ini? Kenapa juga Diana tidak izin pulang terlebih dahulu? Lagi, aku mencoba menghubungi ponsel Diana. Namun, tetap saja tidak bisa. Ponsel anak itu mati membuatku benar-benar khawatir. Pikiran burukku mulai menjelajah ke mana-mana. Kalau sampai dia kenapa-kenapa, aku tidak bisa membayangkan ! Kuraih hoodie dan kerudung instan di balik pintu kamar, lantas mengambil kunci motor...

[Resensi] | Novel "Write Me His Story"

Resensi Novel "Write Me His Story" Source :  https://www.goodreads.com/book/show/41550660-write-me-his-story 1. Identitas Buku Judul               : Write Me His Story Penulis             : Ary Nilandari Penerbit           : Pastel Books Tebal Buku     : 448 halaman Tahun Terbit   : 2018, Cetakan Pertama ISBN               : 978-602-6716-40-8 2. Sinopsis/Blurb : Wynter Mahardika tidak pernah menulis buku harian. Untuk apa? Enam belas tahun hidupnya berantakan. Mum, Dad, dan ibu tiri, hanya singgah sesaat lalu membiarkannya tumbuh seperti semak liar. Selain mata biru dan darah British-nya, tidak ada yang menarik untuk dicatat. Kejailannya pada cewek-cewek? Ah, itu cuma pelampiasan kebe...